Rabu, 30 Maret 2016

Era Digital; Kinerja Belajar Anak, dan Kualitas Tidur

Era Digitalisasi dunia telah menggiring kita pada banyak perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, mempermudah kita dalam menjalani berbagai kegiatan beberapa diantaranya berkomunikasi, memperoleh berita, mendapatkan informasi, hiburan, games, bahkan transaksi jual beli pun bisa dilakukan hanya dengan mengakses melalui web PC ataupun aplikasi handphone dan tablet. Tak sedikit dari kita baik dari usia anak-anak hingga dewasa menjadikan segala aktivitas di ranah digital itu adalah sesuatu yang penting dan tidak bisa terlewatkan. Sifat candu pada aktivitas digital ini tentunya juga bukan suatu hal yang baik, karena hal ini secara psikologis justru akan menjadikan tuntunan dan ketegangan bagi jiwa-jiwa yang telah diracuni oleh dampak berlebih pada penggunaan yang salah pada aplikasi digital ini.

Pengaruh ini pun sangat berbahaya bagi anak-anak dan usia muda, kebanyakan dari mereka candu terhadap aplikasi hiburan seperti games dan juga aktivitas di social media. Mereka bahkan rela mengorbankan waktu istirahatnya guna memenuhi keegoisannya dalam memperoleh kepuasan bermain game atau merasa penting untuk memberitahukan seluruh aktivitasnya di social media. Bagi anak-anak dan remaja hal ini sungguh tidak baik karena penggunaan alat digital yang salah akan mempengaruhi kinerjanya di sekolah, penurunan kualitas nilai, kurang peka terhadap lingkungan sekitar, bahkan melampiaskan waktu istrahatnya di jam-jam Ia bersekolah.
Kurangnya pengawasan dari orang tua juga mempengaruhi kondisi psikologis anak yang seperti ini, orang tua harus lebih mengawasi dan mengontrol berbagai kegiatan anak di ranah digital, setidaknya membatasi anak agar tidak terlalu fokus mendalami aktivitasnya di ranah digital. Sebagai orang tua kita juga harus lebih memperhatikan jam makannya, terutama jam tidurnya, karena istirahat yang kurang dapat mempengaruhi perilaku dan kualitas belajar anak di sekolah, dilansir dari laman King Koil Indonesia, Peneliti terkemuka telah mengidentifikasi serangkaian konsekuensi negatif termasuk yang berikut:
  • "Poor Sleepers" bermakna gagal memenuhi persyaratan di tingkat kelas mereka;
  • Kelelahan yang disebabkan oleh tidur yang buruk atau kurangnya waktu tidur merupakan faktor kuat kegagalan sekolah;
  • Siswa-siswa dengan nilai yang lebih baik dilaporkan memiliki jam tidur lebih pada hari sekolah dibandingkan dengan siswa dengan nilai yang lebih rendah; kebiasaan tidur yg lebih buruk membuat sebagian besar siswa bernilai C atau lebih buruk dari para siswa dengan nilai A dan B;
  • Tidur, kebiasaan makan, mood, stress, manajemen waktu, dan dukungan sosial, dicatat sebagai  varians terbesar di titik rata-rata kelas di kalangan mahasiswa;
  • Kurangnya tidur berhubungan dengan keterlambatan sekolah, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, mempunyai kecenderungan untuk tertidur selama di kelas, dan penurunan motivasi sekolah.

Bagi para orang tua kita dapat menyiasatinya dengan memperbanyak aktivitas positif yang bisa dilakukan anak-anak dengan orang tua, tentunya aktivitas yang menyenangkan agar konsentrasi anak teralihkan. Agar jam istirahatnya tidak tertanggu berikan nuansa kenyamanan pada kamar anak agar anak pada saat jam tidurnya lebih mengutamakan kepentingan tidur dibandingkan handphone atau tabletnya. Berikan sentuhan warna-warna netral seperti pastel muda ataupun warna-warna yang meredam demi relaksasi tidur anak, jangan gunakan warna-warna cerah yang bisa menunda relaksasi dan aktivitas tidur, gunakan kasur atau matras talalay yang akan memberikan topangan terhadap bentuk tubuh anak secara natural, sehingga akan menghasilkan sanggahan yang tepat, pilih juga matras talalay yang terbuat dari latex yang anti bakteri, anti kutu, dan juga anti polusi.
Jika anak lebih merasa diutamakan dengan langkah di atas, setidaknya anak tidak mencari kesibukan lain dengan terfokus pada laptop, handphone, atau tabletnya. Anak akan lebih cenderung dihargai dengan perhatian yang kita berikan sehingga anak lebih bersemangat dalam menjalani harinya terutama pendidikannya, kita bisa memberikan waktu anak bermain handphone atau tabletnya hanya di waktu-waktu tertentu misalnya saat libur dan diberi batasan waktu misalnya hanya dua jam di waktu libur, dan juga disaat anak membutuhkan untuk mengerjakan tugas sekolahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar